Analisa anggaran usaha Anda Cara Mudah Menyusun dan Mengevaluasi Anggaran |
Accounting Media – Wahh. Ada lagi berita menggemparkan dari dunia
Perbankan Indonesia. Bank Tabungan Negara (BTN) akan diakuisisi oleh Bank Mandiri.
Mengapa? Apakah sudah tepat langkah mengakuisisi BTN? Apakah hanya intrik
politik saja? Melihat bahwa tahun ini adalah tahun politik Indonesia. Berikut
adalah berita yang saya kutip dari ekonomi.kompasiana.com:
“Sebagai lembaga
keuangan milik negara BTN (Bank Tabungan Negara) sudah membuktikan membawa
dampak positif terhadap pertumbuhan kredit perumahan akhir-akhir ini, cukup
mengembirakan. Ditengah persaingan ketat di industri keuangan saat ini, BTN
telah membuktikan eksistensinya sebagai bank milik negara yang benar-benar
berdampak secara langsung kepada masyarakat. Tingkat kepercayaan masyarakat tersebut
dibuktikan dari kenaikan rasio penyaluran dana pinjaman kepada masyarakat dua
kali lipat pada tahun 2013 dibanding dengan periode sebelumnya. Melihat
pertumbuhan BTN yang semakin pesat serta tingkat kepercayaan masyarakat kepada
BTN yang semakin tinggi, menuntut BTN untuk menjaga tingkat likuiditas
pendanaan perbankan kepada masyarakat.
Langkah Akuisisi Bank
BTN oleh sebagian pihak masih menjadi pro dan kontra, dengan masing-masing
argumentasinya. Banyak kekawatiran-kekawatiran yang muncul atas rencana
akuisisi ini, baik oleh para pemain bisnis property, perbankan, karyawan,
maupun pemerintah sendiri. Kebijakan yang tidak popular ini diambil oleh
menteri BUMN Dahlan Iskan ini sebenarnya adalah langkah strategis antisipatif
atas perkembangan bisnis perbankan saat ini khususnya pada kasus Bank BTN.
Langkah Dahlan Iskan
sebagai menteri BUMN dalam mengambil keputusan untuk melakukan akuisisi Bank
BTN oleh sebagai para ekonom dinilai tepat, karena ditengah persaingan industri
perbankan yang ketat ini sudah seharusnya Bank Pemerintah (Bank BUMN) harus
mencermati hal ini. Tidak seharusnya Bank BUMN diposisikan seperti halnya
lembaga pemerintah lainnya yang hidup tergantung dengan APBN. Namun sebaliknya,
bank BUMN harus mulai berfikir ulang mengenai posisi strategisnya sebagai
lembaga pemerintah yang memiliki visi memberikan keunggulan kompetitif bagi
masyarakat, dan memberikan sumbangan yang signifikan kepada APBN dalam bentuk
deviden dalam setiap tahunnya.
Harus ada alasan logis
atas langkah akuisisi
Selama ini yang kita
dengar dari penjelasan menteri BUMN sebagaimana banyak di release media,
diambilnya langkah akuisisi BTN oleh Bank Mandiri adalah untuk menjadikan bank
BTN bank yang besar dan menjadi kuat fundamentalnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dengan adanya pengabungan tersebut, diharapkan kemampuan
pembiayaan dan pendanaan BTN menjadi lebih kuat dan memiliki kesetaraan dengan
bank-bank lainnya yang telah lebih massif dalam melakukan penetrasi market.
Model penjelasan seperti
itu kurang tepat dari prespektif masyarakat, karena ihwal akuisisi saham Bank
BTN tersebut, masyarakat harus diberikan penjelasan secara konfrehensif dan
analitis yang mendalam dari prespektif ekonomis perihal untung rugi atas
akuisisi tersebut terutama kepada negara dan masyarakat. Kebijakan akusisi BTN
Jangan justru diseret pada prespektif politik yang didalamnya mengandung banyak
muatan kepentingan sesaat pemerintah dalam pencitraan.
Definisi dari akuisisi
itu sendiri adalah pengambil alihan asset perusahaan tanpa menghilangkan badan
usaha itu sendiri, sehingga jika timbul gejolak akan terjadi pengangguran atas
proses akuisisi tersebut dinilai kurang tepat. Pengabungan itu sendiri
dimaksudkan untuk meng-generate BTN menjadi bank yang lebih
kompetitif di masyarakat ditengah membanjirnya perbankan asing yang memberikan
daya saing yang lebih kompetitif. Disamping itu sebagaimana disampaikan, bahwa
proses akuisisi ini untuk menghindarkan bank BTN dari kerugian atas nilai dana
pihak ketiga (DPK) yang mahal. Dengan adanya akuisisi ini diharapkan bahwa bank
BTN akan memiliki pendanaan yang lebih murah dibanding dengan perolehan dari
DPK yang saat ini mencapai 96,2 triliun (tahun 2013).
Jangan Politisir proses
akusisi bank BTN
Alasan penundaan akusisi
yang disampaikan oleh Presiden SBY lewat seskab tersebut dinilai kurang tepat,
jika dikarenakan akuisisi BTN tersebut akan mempengaruhi suhu politik dan
menjadikan keresahan masyarakat. Bahkan sebaliknya, begitu isu akuisisi ini
disambut pasar sangat baik, terbukti nilai saham BTN ketika isu ini
digelindingkan malah semakin menguat, hal itu menjadi indikasi bahwa sentiment
market setuju atas proses akuisisi tersebut, terlepas dari statement pemerintah
yang menganggap proses akuisisi akan meresahkan masyarakat.
Sesuatu hal yang berbeda
antara akuisisi BTN dan gejolak marsyarakat, sebagaimana disampaikan diatas,
tujuan akuisisi adalah untuk memperkuat fundamental ekonomi BTN itu sendiri,
bukan justru merugikan BTN. Hemat nya proses akuisisi ini justru menjadi
trobosan yang baik ditenggah kondisi perekonomian masyarakat yang kurang
menguntungkan seperti sekarang ini, dengan adanya akuisisi bank BTN justru akan
memperkuat posisi BTN di jajaran perbankan lainnya.
Nampaknya pemerintah
lebih takut akan tekanan-tekanan politik dari pihak-pihak yang kontra dengan
akuisisi BTN ini, sehingga gagap tanpa pertimbangan yang matang dan
berkonsultasi terlebih dahulu kepada Kementerian BUMN atas interuksi penundaan
akusisi ini. Melihat ketidak relaan Dahlan Iskan atas penundaan akusisi ini
terlihat bahwa Dahlan Iskan telah menjadi musuh bersama jajaran kabinet SBY.
Proses akuisisi ini
menurut banyak pengamat harus dilihat pada substansinya bukan dari aspek
politisnya, saat ini BTN membutuhkan banyak modal untuk merealisasikan proyek
rumah subsidi sebanyak 1,5 juta rumah, jika penambahan modal tersebut harus
melalui mekanisme IPO atau right issue maka akan memakan waktu yang lama karena
harus meminta persetujuan DPR.
Seyogyanya pemerintah
harus lebih bijak dalam pengambilan keputusan penundaan ini, jangan jadikan
alasan keresahan masyarakat dan akan berakhirnya kepemimpinan SBY, namun
substansi atas akuisisi ini yang harus dilihat dari sisi untung dan ruginya
bagi negara. Harus dilihat jika juga kalau BUMN mampu kenapa harus membebani
negara.
Keuntungan BTN Jika Di
Akuisisi Mandiri
Bank BTN yang merupakan
lembaga keuangan yang berfokus menggarap sektor kredit perumahan sebetulnya
memiliki beban yang berat dalam mengakomodasi tingkat pertumbuhan pembangunan
perumahaan yang akhir-akhir ini semakin besar. Tugas berat ini tidak serta
merta membuat BTN semakin ciut, namun justru membuat BTN menjadi salah satu
bank yang berada pada garis depan penangganan kredit perumahan rakyat meskipun
harus menelan biaya pengembalian atas dana pihak lain dengan biaya mahal. Hal
tersebut dibuktikan dengan tingkat rasio kredit terhadap dana simpanan atau
loan to deposit ratio (LDR) mencapai 104,4 persen pada 2013, adapun tingkat non
performing loan (NPL) pada kisaran 3,52 persen pada 2013. hal ini yang
harus dikaji bersama-sama, prestasi yang sudah diraih oleh BTN harus tetap
dipertahankan dengan adanya kebijakan penguatan BTN pada sektor fundamental
ekonominya agar mampu bersaing dengan perbankan lainnya.
Alasan yang paling logis
saat ini yang bisa diambil adalah melakukan akuisisi terhadap BTN karena selama
ini pendanaan pihak ketiga (DPK) di BTN mencapai 96,2 triliun dimana 54%
diantaranya adalah dana dengan nilai yang mahal, sehingga dikawatirkan BTN
sendiri tidak memiliki daya saing kuat dibanding dengan bank-bank swasta dan bank
asing lainnya yang selama ini sudah menyasar sektor perumahan. Target
pemerintah untuk mendanai pembangunan perumahan rakyat sebanyak 1,5 juta rumah
akan sulit direalisasikan jika BTN pada posisi saat ini. Minimnya modal BTN dan
mahalnya biaya perolehan dana pihak lain menjadi alasan utama, jika ingin BTN
masih pada posisi perform yang baik, dan tetap memiliki daya
saing yang kuat dimasyarakat, maka fundamental ekonomi dan pembiayaan BTN harus
kuat.”
Bagaimana menurut pendapat Anda? Ini
hanya setting-an saja atau kenyataan?
Kita lihat saja perkembangan selanjutnya.
Tags
:
News