Analisa anggaran usaha Anda Cara Mudah Menyusun dan Mengevaluasi Anggaran |
Accounting Media
– Siapa sih yang tidak tau Waroeng Spesial Sambal (SS)? Sebuah tempat makan
yang menyajikan aneka sambal sebagai menu andalannya. Bisnis kuliner di
Indonesia memang sedang berkembang sejak akhir-akhir ini. Bukan hanya Waroeng
SS, masih banyak lagi bisnis kuliner lain yang berkembang pesat. Pemiliknya
bukan hanya orang yang memang senior di dunia bisnis kuliner. Tetapi para
pemuda pemudi Indonesia dengan ide-idenya juga ikut andil di dalam bisnis
kuliner ini. Berikut adalah beberapa Usaha Sukses dalam Bidang Kuliner yang
saya ambil dari berbagai sumber.
Pengusaha Sukses
dari Menu Spesial Sambal
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak pernah lepas dari berbagai
macam menu makanan pedas, ternyata menjadi ladang bisnis yang sangat empuk bagi
Yoyok Heri Wahyono. Lelaki yang tahun ini genap berusia 38 tahun tersebut
mencoba menjalankan bisnis makanan dengan menu spesial
sambal, sesuai dengan kegemarannya yang tidak bisa lepas dari makanan pedas
berbahan baku cabe ini.
Mengawali kesuksesan bisnisnya pada pertengahan tahun 2002 tepatnya di
bulan Agustus, Yoyok yang saat itu sengaja melepaskan jabatannya sebagai
manajer di salah satu perusahaan ternama di kota Yogyakarta memutuskan untuk
membuka warung tenda dengan menu andalan spesial sambal bersama teman-temannya.
Ide ini didapatkannya bersama teman-temannya yang tergabung dalam InSEd
production, event organizer (EO) yang saat itu didirikan Yoyok. Sadar bahwa
omset dari event organizer tidak bisa diharapkan secara rutin, Yoyok bersama
lima orang rekannya yang tergabung dalam InSed production mulai putar arah dan
terjun di bisnis kuliner yang menjanjikan pendapatan rutin
lebih besar.
Dengan mengusung nama Waroeng Spesial Sambal “SS”, enam sekawan
tersebut membuka warung tenda kaki lima di kawasan Jl. Kaliurang (tepatnya
sebelah barat Grha Sabha Pramana UGM). Hadir di tengah masyarakat dengan
spesialisasi sambal, memberikan daya tarik tersendiri bagi para konsumen.
Sehingga warung tenda ini setiap harinya diserbu para penggemar sambal yang
rata-rata adalah pelajar dan mahasiswa.
Menawarkan kurang lebih 28 jenis sambal dengan pilihan lauk pauk serta
sayur yang beragam. Berhasil mengantarkan waroeng SS diterima dengan mudah oleh
para konsumen. Sehingga tidak lebih dari waktu enam bulan, alumnus teknik kimia
UGM ini sudah berani membuka cabang Waroeng SS yang kedua yaitu di daerah
Condong Catur. Bahkan tidak berselang lama, cabang-cabang berikutnya juga mulai
dibukanya di seputaran kota Yogyakarta untuk memperluas jangkauan pasar.
Besarnya animo masyarakat terhadap Waroeng SS yang menawarkan menu
spesial sambal ini, membuat keyakinan Yoyok semakin kuat untuk mengembangkan
usaha tersebut lebih besar lagi. Yaitu dengan jalan membuka kemitraan melalui
sistem franchise. Kemitraan yang ditawarkan Waroeng SS ternyata mendapat
sambutan positif dari calon investor. Hingga pada akhirnya restoran yang
berlogo cabe dengan huruf SS ini, menjadi salah satu peluang bisnis
franchise makanan yang cukup diminati para investor. Terbukti saat ini
Waroeng SS telah berkembang hingga 40 gerai, dan tersebar di berbagai daerah.
Meliput seputaran Yogyakarta, Solo, Semarang, Malang, Kediri, Bandung, Jakarta,
Depok, Cirebon, bahkan sampai Pekanbaru.
Kerja keras lelaki kelahiran 2 September 1973 beserta para rekan dan
tim Waroeng SS yang jumlahnya lebih dari 600 orang, mengantarkan warung tenda
kaki lima di kawasan Yogyakarta mencapai kesuksesannya dan masing-masing gerai
menghasilkan omset jutaan rupiah setiap harinya.
Accounting Media
– Siapa sih yang tidak tau Waroeng Spesial Sambal (SS)? Sebuah tempat makan
yang menyajikan aneka sambal sebagai menu andalannya. Bisnis kuliner di
Indonesia memang sedang berkembang sejak akhir-akhir ini. Bukan hanya Waroeng
SS, masih banyak lagi bisnis kuliner lain yang berkembang pesat. Pemiliknya
bukan hanya orang yang memang senior di dunia bisnis kuliner. Tetapi para
pemuda pemudi Indonesia dengan ide-idenya juga ikut andil di dalam bisnis
kuliner ini. Berikut adalah beberapa Usaha Sukses dalam Bidang Kuliner yang
saya ambil dari berbagai sumber.
Mie Nges-Nges Yang Bikin Ngences
Tembalang-
Berbagai macam pilihan makanan saat ini tersaji di Tembalang dan sekitarnya.
Mulai dari menu lokal hingga western dapat kita temui hampir di sepanjang
jalan. Tiap sudut Tembalangpun menawarkan rasa yang khas dari makanan yang
ditawarkan. Selain menyediakan tempat untuk mengisi perut kita, beberapa tempat
makan juga menyediakan tempat nongkrong sebagai ajang mengobrol. Lantas, dimana
saja dapat kita temui tempat makan yang juga sebagai tempat nongkrong?
Salah
satunya yaitu Mie Nges-Nges. Warung makan yang terletak di pertigaan Karangrejo
ini menawarkan berbagai macam menu makanan seperti Mie Nges-Nges dengan rasa
pedasnya yang mengugah selera, serta Mie Sapi Lada Hitam yang mampu menggoyang
lidah. Selain pelayanannya yang cepat, kita juga akan dimanjakan dengan
berbagai playlist lagu yang selalu didengungkan di warung milik Ison.
Tidak hanya itu, jika kita malas pergi keluar untuk makan, kita bisa memesan
makanan disini by phone atau yang lebih dikenal dengan sebutan delivery order.
Tak tanggung-tanggung, warung yang baru saja buka ini sudah memilki kendaraan
khusus untuk delivery order yang bercorak merah sesuai dengan tema warung ini.
Tiap warung
tentu menawarkan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan warung lainnya. “Beda
tangan tentu beda rasa”, walaupun menawarkan jenis makanan yang sama belum
tentu kita bisa merasakan rasa yang sama pula. Jadi tunggu apa lagi, nikmatilah
tiap makanan yang tersedia di Tembalang dan sekitarnya, jangan pernah ragu untuk
mencicipi masakan tiap warung yang tentunya memiliki rasa khasnya.
Yatai yang dalam bahasa jepang berarti stand, booth, warung kaki lima, atau bisa di sebut juga warung angkringan dalam bahasa jawa (sego kucing / HIK --> Hidangan Istimewa Kampung). yang setelah di amati, ternyata banyak kesamaan antara Yatai jepang dan warung Angkringan di sini.
Yatai adalah warung makan yang biasanya beraktifitas di musim semi di pinggir2 jalan, dan biasanya berjualan pada sore hari dan tutup pada malam hari atau bahkan biasanya ada yang sampai subuh.Yatai ini bisa ditemukan hampir di semua daerah di Jepang, namun Prefektur Fukuoka (pulau Kyushu) menjadi tempat yang paling terkenal akan Yatai ini. Ada lebih dari 150 Yatai di seluruh kota, dengan konsentrasi tertinggi di kabupaten Nakagawa dan Tenjin terletak di pusat,umumnya di dekat eki (stasiun subway).
Makanan yang mereka jual biasanya makanan tradisional Jepang, bir dan sake. makanan yang biasa mereka sajikan adalah Yakitori, Sushi, Yakiniku, Agemono, Oden dan Hakata Ramen yang merupakan makanan kebanggaan bagi masyarakat di Fukuoka. Ada juga yang hanya buka saat matsuri (festival), Kita juga bisa nemuin yatai mura (kampung yatai).
Makan di Yatai ini menjadi sebuah alternatif yang bagus daripada makan di restoran apabila memperbandingkan harga, karena makan di yatai ini relatif lebih murah dibandingkan dengan makan di restoran.
Yatai menawarkan suasana yang sangat berbeda bila makan di restoran, bersifat lebih santai dan membaur sesama konsumen lainnya yang penat sehabis bekerja seharian
Bagaimana dengan tingkat kebersihan makanan nya?..jangan khawatir,karena yatai ini sudah mendapat izin mengenai kebersihannya dari pemerintah kota setempat.
Tujuan Zushioda japanese street sushi ini adalah menawarkan hal yang unik dan baru kepada konsumen pecinta kuliner makanan jepang di Indonesia. Serta memberikan peluang yang lebih luas lagi kepada masyarakat Indonesia untuk bisa mengenal kebudayaan masakan Jepang, di karenakan target pasarnya yang mencakupi secara keseluruhan dari masyarakat berekonomi menengah atas sampai berekonomi menengah ke bawah untuk bisa mencoba makanan Jepang yang sangat terkenal kenikmatannya tanpa harus takut membayar mahal.
Rata rata biaya per orang yang di siapkan untuk menikmati sajian di sini Cukup hanya dengan Rp.20.000,- sudah bisa menikmati sajian sushi special ZUSHIODA japanese street sushi beserta minumannya yakni Ocha (Japanese Green Tea) yang gratis jika tambah.
Saat ini menu yang di tawarkan di outlet booth ZUSHIODA japanese street sushi adalah beberapa menu Sushi Fusion spesial yang unik, appetizer jepang (Jensai), kopi kacang merah (Ogura Coffee) yakni jenis kopi varian terbaru di dunia minuman, inovasi dari ZUSHIODA japanese street sushi.
Dalam waktu dekat ini juga Zushioda japanese street sushi akan melebarkan sayap untuk membuat outlet baru yang menjual makanan jepang lainnya seperti Ramen, Tempura, Yakiniku, Sukiyaki, Takoyaki, dan masakan jepang lainnya. Yang nantinya akan membuka kesempatan kepada pengusaha kuliner lainnya untuk mewaralabakan (Franchise) outlet sushi angkringan ini yang akan menjadi sebuah trendsetter baru di dalam dunia kuliner makanan Jepang.
Riza Rizki
Adhiyaksa, Lirik Potensi Bisnis Camilan Anak
Jika kita
berbicara masalah kekayaan kuliner unik, Indonesia adalah referensi yang tepat
bagi Anda. Sebut saja Mih Nyere alias Mie Lidi, bagi beberapa orang mungkin
asing mendengarnya. Jajanan khas anak-anak di daerah Jawa Barat ini ternyata
cukup digemari, dan menjadi salah satu ranah bisnis kuliner unik untuk
digeluti. Dengan menawarkan dua rasa, yakni asin dan pedas, Mie Lidi ternyata
mampu menawarkan peluang bisnis yang cukup menarik.
Mengajak
bernostalgia akan jajanan jadul ini, sebuah usaha kecil menengah (UKM) di
Bandung, kembali mengangkat camilan tradisional ini dengan suguhan yang lebih
menarik dan elegan. Baik secara rasa maupun kemasan. Adalah Riza Rizki
Adhiyaksa, pria kelahiran 4 November 1982 tersebut tak sengaja mengangkat
camilan jadul ini agar diakui sebagai salah satu camilan nusantara. Ia
terinspirasi dari keponakan-keponakannya yang kerap membawa mih nyere ini saat
pulang sekolah.
“Di sini kan kebetulan kawasan padat penduduk, ada sekolah juga. Nah keponakan saya kalau pulang sekolah bawa mih lidi. Dari situ kepikiran, bagaimana kalau kita kemas. Kenapa kita enggak coba buat mengingatkan kembali akan jajanan tradisional ini. Mungkin dulu yang pernah makan mih nyere ini sekarang sudah jadi orang, atau jadi pejabat, dan segan untuk jajan langsung ke pasar” tutur pria yang akrab disapa Ikhie, seperti dikutip detik.com.
Tidak main-main, Ikhie membuat sendiri mih nyere-nya. Di lantai dua sebuah rumah sederhana di Jalan Babakan Ciparay No 247, Ikhie bersama kedelapan pegawainya yang didukung oleh keluarganya membuat pabrik kecil-kecilan untuk memproduksi mih nyere sendiri.
Ikhie mengakui, meski ia menjual jajanan tradisional, namun kualitas bahan yang dipakai tetap diperhitungkan. Jangan samakan mih nyere Ikhie serupa dengan yang ada di pasaran. Mih nyere ala Nanutz Mania, merek yang diusung Ikhie ini tidak mengandung bahan pengawet dan MSG.
Mih nyere buatan Nanutz ini dibuat dari terigu protein tinggi yang dicampur tepung maizena dengan perbandingan tertentu. Untuk menambah rasa, adonan diberi garam terlebih dahulu dan kemudian diuleni. Adonan yang sudah jadi kemudian dicetak memakai mesin khusus pencetak mi dengan panjang 15cm dan ketebalan 0,3mm.
Mi mentah tersebut kemudian di goreng memakai katel besar. Sepuluh kilogram mi, menghabiskan sekitar empat liter minyak. Setelah mi sudah tidak berminyak lagi, baru dicampur dengan bumbu khusus sesuai rasa yang akan disajikan. Sebagai penambah rasa gurih, Ikhie tidak memasukan MSG pada makanannya.
“Proses penggorengannya kurang lebih selama lima menit hingga mi bewarna kecoklatan. Lalu, saya juga pakai ebi, jadi rasa gurihnya berbeda,” tegas Ikhie.
Ada 12 varian rasa mih nyere yang diproduksi oleh Nanutz Mania. Terdiri dari rasa original, pedas, keju dan rasa manis.
“Di sini kan kebetulan kawasan padat penduduk, ada sekolah juga. Nah keponakan saya kalau pulang sekolah bawa mih lidi. Dari situ kepikiran, bagaimana kalau kita kemas. Kenapa kita enggak coba buat mengingatkan kembali akan jajanan tradisional ini. Mungkin dulu yang pernah makan mih nyere ini sekarang sudah jadi orang, atau jadi pejabat, dan segan untuk jajan langsung ke pasar” tutur pria yang akrab disapa Ikhie, seperti dikutip detik.com.
Tidak main-main, Ikhie membuat sendiri mih nyere-nya. Di lantai dua sebuah rumah sederhana di Jalan Babakan Ciparay No 247, Ikhie bersama kedelapan pegawainya yang didukung oleh keluarganya membuat pabrik kecil-kecilan untuk memproduksi mih nyere sendiri.
Ikhie mengakui, meski ia menjual jajanan tradisional, namun kualitas bahan yang dipakai tetap diperhitungkan. Jangan samakan mih nyere Ikhie serupa dengan yang ada di pasaran. Mih nyere ala Nanutz Mania, merek yang diusung Ikhie ini tidak mengandung bahan pengawet dan MSG.
Mih nyere buatan Nanutz ini dibuat dari terigu protein tinggi yang dicampur tepung maizena dengan perbandingan tertentu. Untuk menambah rasa, adonan diberi garam terlebih dahulu dan kemudian diuleni. Adonan yang sudah jadi kemudian dicetak memakai mesin khusus pencetak mi dengan panjang 15cm dan ketebalan 0,3mm.
Mi mentah tersebut kemudian di goreng memakai katel besar. Sepuluh kilogram mi, menghabiskan sekitar empat liter minyak. Setelah mi sudah tidak berminyak lagi, baru dicampur dengan bumbu khusus sesuai rasa yang akan disajikan. Sebagai penambah rasa gurih, Ikhie tidak memasukan MSG pada makanannya.
“Proses penggorengannya kurang lebih selama lima menit hingga mi bewarna kecoklatan. Lalu, saya juga pakai ebi, jadi rasa gurihnya berbeda,” tegas Ikhie.
Ada 12 varian rasa mih nyere yang diproduksi oleh Nanutz Mania. Terdiri dari rasa original, pedas, keju dan rasa manis.
Tags
:
Usaha